BAB 2
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. KONSEP DASAR
2.1.1.
DEFINISI
Katarak adalah kelainan pada lensa dapat berupa kekeruhan lensa
(PP-
PERDAMI,2002:144)
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi lensa dan denaturasi protein lensa atau akibat ke dua-duanya
(Ilyas Sidrata,2002: 207)
Katarak adalah di mana penglihatan tertutup air terjun akibat lensa yang
keruh (FKUI,2002: 207)
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang
mengakibatkan pengurangan visus di perkirakan oleh suatu tabir (layar) yang di
turunkan didalam mata, agak seperti melihat air terjun
(Vera
H. Darling,1996;42)
Katarak Hipermartur adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut (> 50 tahun) yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi
keras dan lembek serta mencair, merupakan katarak stadium 4 dari katarak senil
(Ilyas Sidhrata, 2002:212)
Katarak Hipermatur adalah merupakan proses degenerasi lanjut lensa
sehingga korteks lensa mencair dan keluar melalui kapsul lensa
(Mailangkang
H.H.B, 2002;151)
Katarak di sebabkan oleh berbagai faktor seperti :
- Fisik
- Kimia
- Penyakit predisposisi/pencetus
- Genetik dan gangguan perkembangan
-
- Usia
- Keracunan beberapa jenis obat-obatan tertentu
- Kelainan sistemik atau metabolic
(Menurut,
Ilyas Sidarta,2002;207)
2.1.3
PATOFISIOLOGI
Perubahan lensa pada usia lanjut :
a.
Kapsul
- Menebal dan kurang elastis
- Mulai presbiopia
- Bentuk lamel kapsul berkurang dan kabur
- Terlihat bahan granular
b.
Epitel-
makin tipis
- Sel epitel (germanatif) pada ekuator bertambah
besar dan berat
- Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
c.
Serat lensa
- Lebih irregular
- Pada korteks jelas/kerusakan serat sel
- Brown sklerotic nucleus, sinar ultraviolet lama
kelamaan merubah protein nucleus (histidin, triptofan, metionin, sistein dan tirostin) lensa sedang warna cuklat protein lensa nucleus mengandung sedikit
histidin dan triftopan di banding normal
d.
Korteks
tidak berwarna karena :
- Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi
fotooksidasi
- Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda
(Menurut,
Maliakang.H.H.B,dkk,2002;152)
2.1.4
MANIFESTASI
KLINIS
· Kekeruhan lensa bersifat massif
· Cairan lensa berkurang
· Iris tremulans
· Bilik mata depan dalam
· Sudut bilik mata terbuka
· Shadow test preudopos
(Menurut,
Ilyas Sidarta,2002;213)
2.1.5
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
Menurut, Doenges,1999;413
a.
Tes
ketajaman penglihatan/visus
b.
Pengukuran
dengan Tonografi
c.
Pengukuran
gonioskopi
d.
Tes
provokatif
e.
Pemeriksaan
oftalmoskopi
f.
Darah
lengkap, Laju Endap Darah (LED)
g.
EKG,
kolesterol serum dan pemeriksaan lipid
h.
Tes
toleransi glukosa/FBS
Menurut, Ilyas Sidharta, 2002;208
a.
Pemeriksaan
sinar celah (Slitlamp)
b.
Funduskopi
c.
Tonometer
d.
Pemeriksaan
tajam penglihatan/visus
2.1.6
PENATALAKSANAAN
MEDIS
Pengobatan katarak hipermatur yang utama adalah pembedahan.
Ada
beberapa pembedahan yang di kenal;
v Menekan lensa sehingga jatuh ke dalam badan kaca (lonching)
v Kemudian penggunaan midriatika
v Jarum penusuk dari emas
v Aspirasi memakai jarum
v Memakai sendok Daviel
v Pinset kapsul
v Zolise
v Erisofek
v Memakai krio tehnik karbon dioksid, Freon,
termoelektrik
v Mengeluarkan nucleus lensa dan aspirasi korteks
lensa
v Fako
Tindakan bedah pada
saat ini dianggap lebih baik karena mengurangi beberapa penyulit, tife pembedahan
ada dua tife
a.
Operasi
katarak ekstrakapsular atau ekstraksi katarak ekstra kapsular (EKEK)
tindakan
pembedahan pada lensa katarak dimana di lakukan pengeluaran isi lensa dengan
memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga masa lensa dan korteks
lensa dapat keluar melalui robekan tersebut.
b.
Operasi
katarak intrakapsular atau Ekstraksi katarak intrakapsular (EKIK)
pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul
(Menurut,
Ilyas Sidarta,2002;217-218)
2.2 MANAJEMEN KEPERAWATAN
2.2.1 Pengkajian
Menurut Doengoes, 1999; 412-413
- Aktivitas/Istirahat
Gejala : Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan
dengan ganguan penglihatan
- Neurosensorik
Gejala : Gangguan penglihatan( kabur/tidak jelas),
sinar terang mengakibatkan silau,dengan kehilangan bertahap penglitan perifer,
kesulitan memfokoskan kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap
Penglihatan kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar mata, kehilangan
perifer, fotobia
Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan
Tanda : Tampak ke coklatan atau putih susu pada
pupil
Pupil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan
Peningkatan air mata
- Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Ketidak nyamanan ringan/mata berair
Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada sekitar mata, sakit
kepala
- Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga glaucoma,diabetes,gangguan
system vaskuler
Riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor, ketidak seimbangan endokrin.
Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas
fenotiazin
2.2.2 Diagnosa
Keperawatan
Menurut, Carpenito,1999:484
a. Nyeri akut b/d interupsi pembedahan jaringan tubuh.
b. Risiko tinggi terhadap infeksi b/d peningkatan
kerentanan sekunder terhadap interupsi permukaan tubuh
c. Risiko tinggi terhadap cedera b/d keterbatasan
penglihatan, berada di lingkungan yang asing, keterbatasan mobilitas, dan
perubahan kedalaman persepsi karena pelindung mata
d. Resiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan
rigmen terapeutik b/d kurangnya pengetahuan tentang pembatasan aktivitas yang
di izinkan, obat-obatan, komplikasi dan perawatan lanjutan
Menurut, Doengoes, 1999; 414-417
a. Resiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan
tekanan intra okolar,perdarahan intraokuler dan kehilangan vitreous
b. Risiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur
invasive
c. Gangguan sensorik-perseptual b/d gangguan
penerimaan sensorik/status organ indra, lingkungan secara terapeutik di batasi,
di tandai oleh :
- Menurunnya ketajaman, gangguan penglihatan
- Perubahan respon biasanya terhadap rangsang.
d. Kurang
pengetahuan b/d tidak mengenal sumber informasi, salah interpretasi informasi,
kurang mengingat, dan keterbatasan kognitif
- Peryataan salah konsepsi
- Tak akurat mengikuti instruksi
- Terjadi komplikasi yang dapat di cegah
2.2.3
Intervensi & Implementasi Keperawatan
a. Risiko tinggi
terhadap cedera b/d peningkatan tekanan intra okolar, perdarahan intra okoler
dan kehilangan vitreous
v Observasi hifema(perdarahan pada mata) dengan
senter
Rasional
: mengetahui keadaan mata apakah
mengalami ada mengalami resiko yang tidak di harapkan dari pembedahan dan untuk
menyusun intervensi selanjutnya
v Observasi pembengkakan luka, bilik anteriol kemps,
dean pupil berbentuk buah pir.
Rasional
: menunjukan prolaps iris atau
rupture luka di sebabkan oleh kerusakan jahitan atau tekanan mata
v Diskusikan apa yang terjadi pada pasca operasi
tentang nyeri,pembatasan aktivitas dan balutan mata
Rasional : membantu
megurangi rasa takut dan meningkatkan kerjasama dalam pembatasan yang di
lakukan
v Batasi aktivitas seperti mengerakkan kepala secara
tiba-tiba mengaruk mata, membongkok
Rasional
: menurunkan stress pada area
operasi/ menurunkan tekanan intra ocular
v Ambulasi dengan bantuan sesuia keperluan
Rasional
: memerlukan sedikit bantuan untuk
mencegah komplikasi yang tidak di
harapkan
v Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi
Rasional
: digunakan untuk melindungi dari
cedera kecelakaan dan menurunkan gerakan
mata
b. Risiko tinggi
terhadap infeksi b/d prosedur invasip
v Observasi tanda-tanda vital khususnya suhu
Rasional
: tanda-tanda vital sebagai indikasi
langsung perubahan metabolisme tubuh baik yang bersifat patologi dan non
patologi
v Observasi tanda-tanda terjadinya infeksi
Rasional
: infeksi mata terjadi 2-3 hari
setelah prosedur dan memerlukan upaya intervensi lanjut
v Berikan lingkungan yang bersih dan senyaman mungkin
Rasional
: lingkungan yang bersih mengurangi
kontak terhadap agen-agen infeksius
v Lakukan tehnik steril yang tepat untuk
membersihakan mata dari dalam keluar dengan bola kapas untuk tiap usapan ganti
balutan.
Rasional
: teknik aseptik menurunkan resiko
penyebaran bakteri dan kontaminasi silang
v Tekankan pentingnya untuk tidak menyentuh/mengaruk
mata yang dioperasi
Rasional
: mencegah kontaminasi dan kerusakan
sisi operasi
v Berikan obat sesuai indikasi
Rasional
: membunuh agen-agen yang
mengakibatkan infeksi
c. Gangguan sensorik-perseptual b/d gangguan
penerimaan sensorik/status organ indra, lingkungan secara terapeutik di batasi,
di tandai oleh:
- Menurunnya ketajaman, gangguan penglihatan
- Perubahan respon biasanya terhadap rangsang.
v Observasi tanda-tanda dan gejala di orientasi
Rasional
: berada di dalam limgkungan yang
baru di kenal dengan mengalami keterbatasan penglihatan mengakibatkan binggung.
menurunkan resiko jatuh bila pasien binggung
v Orientasikan pasien terhadap lingkungan sekitar,
dan stap
Rasional
: memberikan peningkatan kenyamanan
dan kekeluargaan menurunkan cemas dan diorientasi pasca operasi
v Tentukan
katajaman penglihatan,catat apakah satu atau keduanya matanya terlibat
Rasional
: kebutuhan individu dan pilihan
intervensi bervariasi sebab kehilangan penglihatan terjadi lambat dan progresif
v Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan
iritasi mata
Rasional
: gangguan penglihatan/iritasi dapat
berakhir 1-2 jam setelah tetesan mata tetapi secara bertahap
v Letakan barang-barang yang di butuhkan dalam
jangkauan pasien pada sisi yang tidak dioperasi
Rasional
: memungkinkan pasien melihat objek
lebih mudah.
d. Kurang pengetahuan
b/d tidak mengenal sumber informasi, salah interpretasi informasi, kurang
mengingat, dan keterbatasan kognitif di tandai oleh:
- Peryataan salah konsepsi
- Tak akurat mengikuti instruksi
v Kaji informasi tentang kondisi individu,prognosis,
dan tipe prosedor
Rasional
: meningkatkan pemahaman dan
meningkatkan kerjasama dengan program pasca operasi
v Anjurkan pasien menhindari berkedip, mengangkat
berat mengejan saat defekasi,membongkok, meniup hidung, dan merokok
Rasional
: aktivitas yang menyebabkan mata
lelah dapat meningkatkan tekanan intra okolar sehingga mempengaruhi hasil bedah
dan mencetus perdarahan
v Anjurkan pasien memeriksa mata ke dokter
Rasional
: untuk mengetahui perkembangan hasil
bedah setelah di rawat di rumah
v Dorong pemasukan cairan adekuat, makan berserat dan
asupan kalori yang baik
Rasional
: mempertahankan konsistensi feses
untuk menghindari mengejan dan pemulihan segera sel-sel tubuh yang sudah
regenerasi
v Indentifikasi tanda/gejala yang memerlukan upaya
evaluasi medis, nyeri tajam tiba-tiba,kelopak mata bengkak,kemerahan, mata
berair dan penglihatan menurun
Rasional
: intervensi dini dapat mencegah
terjadinya komplikasi serius
2.3.4
Evaluasi
a. Risiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan
tekanan intra okolar, perdarahan intra okoler dan kehilangan vitreous
- Pasien menyatakan pemahaman faktor yang terlibat
dalam kemungkinan cedera
- Menunjukan perubahan perilaku, pola hidup untuk
menurunkan resiko dan untuk melindungi diri dari cedera
- Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk
meningkatkan keamanan
b. Risiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedu
invasip
- Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu,bebas
drainase purulen, eritema dan demam
- Mengidentifikasi intervensi untuk
mencegah/menurunkan risiko infeksi
c. Gangguan sensorik-perseptual b/d gangguan
penerimaan sensorik/status organ indra,dan lingkungan secara terapeutik di
batasi
- Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas
situasi individu
- Pasien mengenal sensori dan berkompensasi terhadap
perubahan
- Pasien dapat mengidentipikasi/memperbaiki potensial
bahaya dalam lingkungan
d. Kurang pengetahuan b/d tidak mengenal sumber
informasi, salah interpretasi informasi, kurang mengingat, dan keterbatasan
kognitif
- Klien menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit
dan pengobatan
- Melakukan dengan prosedor dengan benar dan
menjelaskan alasan tindakan
DAFTAR
PUSTAKA
Allen,
Carol Vestal.1999. Memahami Proses
Keperawatan Dengan Pendekatan Latihan.EGC. Jakarta
Carpenito, l Juall.
1999. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.
EGC.Jakarta
Carpenito,
l Juall. 1999. Tehnik Dokumentasi dan
Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta
Maliakang H.H. B,
dkk. 2002. Ilmu Penyakit Mata.PP-PERDAMI.
Jakarta
Marly
Et. Al.Doegoes. 1999. Rencana Asuhan
Keperawatan Pedoman Perencanaan dan Pendokomentasian Keperawatan. EGC.
Jakarta
Hidayat A.Aziz
Alimul.2005. Buku Saku Kebutuhan Dasar Manusia. EGC. Jakarta
Hidayat
A.Aziz Alimul.2005. Pengatar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep Dan Proses
Keperawatan.EGC. Jakarta
Ilyas Sidrata. 2002. Ilmu Penyakit Mata. FKUI. Jakarta
Vera
H. Dearling dan Margaret R. Thorpe.1996. Perawatan
Mata.Yayasan Essential Medika. Yogyakarta
No comments:
Post a Comment