gambar

gambar

Selamat Datang dan Selamat Membaca

SELAMAT DATANG DIDUNIA KEPERAWATAN DAN SEMOGA BERMANFAAT

Tuesday 4 September 2012

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kolesistitis

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.       Konsep Dasar
2.1.1.      Pengertian
              Kolesistitis adalah peradangan kandung empedu baik secara akut ataupun kronis (Barbara C. Long,1996).
              Kolesistitis adalah reaksi inflamasi akut diding kandung empadu yang disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan badan panas.
 (Hadi. Sujono, 1995).
              Kolesistitis adalah reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu. (Mansjoer,1999).
             Kolesistitis adalah peradangan  kandung empedu yang disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan panas badan baik secara akut ataupun kronis.
2.1.2.      Etiologi
2.1.2.1.           Kolesistitis dapat terjadi akibat :
2.1.2.1.1.             Adanya obstruksi pada duktus sebagian akibat adanya batu empedu yang biasa di temukan pada 96% penderita dengan kolesistitis.
2.1.2.1.2.             Enzim pankreas mungkin juga dapat menyebabkan timbulnya kholeosistitis akut, sebagai akibat reguritasi yang di sebabkan adanya obstruksi fungsional pada duktus kholeodukhus dan duktus pankreatikus.
2.1.2.1.3.             Inflamasi oleh bakteri mungkin saja merupakan bagian integral dari kholeosistitis akut.
(Hadi. Sujono, 1995).
2.1.3.      Patofisiologi
Faktor yang mempengaruhi serangan kolesistitis adalah status cairan empedu, infeksi kuman, dan iskemia dinding kandung empedu. Penyebab utama kolesistitis adalah batu empedu (90%) yang terletak di atas duktus sistikus yang menyebabkan kasus timbul tanpa adanya batu empedu (kolesistitis akut akalkulus). Bagaimana statis di duktus sistikus dapat menyebabkan kolesistitis akut, masih belum jelas. Diperkirakan banyak faktor yang berpengaruh seperti kepekatan cairan empedu, kolestrol, lisositin dan progtagladin yang merusak lapisan mukosa dinding kandung empedu diikuti oleh reaksi inflamasi dan supurasi.
Kolesistitis akut dapat timbul pada pasien yang dirawat cukup lama dan mendapatkan nutrisi secara parenteral, pada sumbatan karena keganasan kandunga empedu, batu di saluran empedu atau merupakan salah satu komplikasi penyakit lain seperti demam tifoit dan diabetes militus.
2.1.1.      Manifestasi Klinis
        Keluhan yang agak khas untuk serangan kolesistitis akut adalah kolik perut sebelah kanan atau atas epigastrium dan nyeri tekan serta kenaikan suhu tubuh. Kadang – kadang rasa sakit menjalar ke pundak atau skapula kanan dan dapat berlangsung sampai 60 menit tanpa reda. Berat ringannya keluhan sangat bervariasi tergantung dari adanya kalainan inflamasi yang ringan sampai dengan ganggren atau perforasi kandung empedu. (Hadi. Sujono, 1995).
        Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya leukositosis serta kemungkinan peninggian serum transaminase fosfatase alkali. Apabila keluhan nyeri bertambah hebat disertai suhu tinggi dan menggigil serta leukositosis berat, kemungkinan terjadi empiema dan perforasi kandung empedu perlu dipertimbangkan. (Hadi. Sujono, 1995).
2.1.2.      Komplikasi
2.1.2.1.              Timbulnya empiema dari kandung empedu, ditemukan 1/9 penderita kolesistitis akut.
2.1.2.2.              Pankreatitis akut, timbul sekitar 30% penderita yang umumnya memberikan keluhan ringan.
2.1.2.3.              Timbulnya kolangitis bila batunya masuk kedalam duktus koledokus.
2.1.2.4.              Hemobilia, komplikasi ini jarang ditemukan.
(Hadi, Sujono, 1995).


2.1.3.      Pemeriksaan penunjang
2.1.6.1.     Ultrasonografi (USG).
2.1.6.2.     Metode Agen Radioaktif IV.
2.1.6.3.    Kolesistografi oral.
2.1.6.4.     ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangiopacreato Graphy).
2.1.6.5.     Pemeriksaan CT Scan Abdomen.
2.1.6.6.     ESWL (Extra Corporeal Shock Wave Lithotrypsy).
2.1.6.7.     Batu dilarutkan dengan eter dan EDTA.( Noer.Sjaifoellah, 2002). 
2.1.4.      Penatalaksanaan medis
2.1.4.1.          Penatalaksanaan Non Bedah
·         Indoskopi
·         Pemberian agen pelarut kolesterol
·         Obat-obatan antibiotik, analgetik, antasida
·         Diit rendah lemak
·         Penatalaksanaan keseimbangan cairan
·         Penatalaksanaan muntah k/p NGT
2.1.4.2.          Penatalaksanaan Bedah
·           Extra corpeal shock wave litotripsi lesw
·           Kolesitosistoli totomi perkutan
·           Kolistatomi
2.2.       Manajemen Keperawatan
Asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan mempunyai 5 (lima) tahap yaitu : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. (Carpenito : 1999).
Adapun penerapan 5 (lima) tahap dari proses keperawatan adalah sebagai berikut :
2.2.1.  Pengkajian
Menurut doengoes (1999). Hal yang perlu di kaji pada penderita kolesistitis adalah :
2.2.1.1.Aktivitas/ istirahat
Gejala              : Kelemahan.
Tanda              : Gelisah.
2.2.1.2.            Sirkulasi
Tanda              : Takikardia, berkeringat.
2.2.1.3.            Eliminasi
Gejala              : Perubahan warna urin dan feses.
Tanda              : Distensi abdomen.
                          Teraba massa pada kuadran kanan atas.
                          Urine gelao, pekat.
                          Feses warna tanah liat, steatorea.

2.2.1.4.            Makanan/ cairan
Gejala              : Anoreksia, mual/muntah.
Tidak toleran terhadap lemak dan makanan “pembuat gas”; regurgitas berulang, nyeri epigastrium, tidak dapat makan, flatus, dyspepsia.
                          Bertahak.
Tanda              : Kegemukan, adanya penurunan berat badan.

2.2.1.5.            Nyeri/ kenyamanan
Gejala              :  Nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar ke   punggung atau bahu kanan.
                           Kolik epigastrium tengah sehubungan dengan makan.
                           Nyeri mulai tiba – tiba dan biasanya memuncak dalam 30 menit.
Tanda              :  Nyeri lepas, otot tegang atau kaku bila kuadran kanan atas ditekan ; tanda Murphy positif.
2.2.1.6.            Pernapasan
Tanda              : Peningkatan frekuensi pernapasan.
                           Pernapasan tertekan ditandai oleh napas pendek, dangkal.


2.2.1.7.            Keamanan
Tanda              : Demam,menggigil.
                          Ikterik, dengan kulit berkeringat dan gatal (puritus).
                          Kecendrungan perdarahan (kekurangan Vitamin K).
2.2.1.8.            Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala              : Kecenderungan keluarga untuk terjadi bata empedu.
                           Adanya kehamilan/melahirkan ; riwayat DM, penyakit inflamasi usus, diskrasias darah.
Pertimbangan                 : DRG menunjukkan rata – rata lama dirawat 3 – 4 hari.
Rencana pemulangan     : Memerlukan dukungandalam perubahan diet/ penurunan berat badan.
2.2.2.      Diagnosa Keperawatan.
Menurut Doenges (1999), diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada kasus kolesistitis antara lain :
2.2.2.1.Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
2.2.2.2.      Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah.
2.2.2.3.      Resiko tinggi perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual/muntah.
2.2.2.4.      kurang pengetahuan tentang kondisi berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.

2.2.3.      Perencanaan
2.2.3.1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
                                                     Tujuan :
                                                     Klien melaporkan nyeri hilang/terkontrol.
2.2.3.1.1.        Observasi dan catat lokasi nyeri.
2.2.3.1.2.        Catat respon terhadap obat, dan laporkan pada dokter bila nyeri hilang.
2.2.3.1.3.        Tingkatkan tirah baring, berikan pasien melakukan posisi yang nyaman.
2.2.3.1.4.        Ajarkan menggunakan teknik relaksasi.
2.2.3.1.5.        Gunakan sprei halus/katun ; kompres dingin/lembab sesuai indikasi.
2.2.3.2.      Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah.
                                                     Tujuan :
                                                     Untuk mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat.
2.2.3.2.1.        Pertahankan masukan dan haluaran akurat.
2.2.3.2.2.        Awasi tanda/ gejala peningkatan/ berlanjutnya mual/ muntah.
2.2.3.2.3.        Hindarkan dari lingkungan yang berbau.
2.2.3.2.4.        Lakukan kebersihan oral dengan pencuci mulut.
2.2.3.2.5.        Kolaborasi dalam pemberian obat antiemetik.

2.2.3.3.      Resiko tinggi perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual/muntah.
Tujuan :
Untuk melaporkan mual /muntah hilang.
2.2.3.3.1.   Perkirakan/ hitungan pemasukan kalori.
2.2.3.3.2.   Timbang sesuai indikasi.
2.2.3.3.3.   Kaji makanan kesukaan/ketidaksukaan pasien.
2.2.3.3.4.   Berikan suasana menyenangkan pada saat makan, hilangkan rangsangan berbau.
2.2.3.3.5.   Tawarkan minuman seduhan saat makan, bila toleran.
2.2.3.3.6.   Kolaborasi dalam pemberian diet dengan ahli gizi.
2.2.3.4.     kurang pengetahuan tentang kondisi berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan :
Untuk merubah pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.
2.2.3.4.1.   Kaji ulang proses penyakit, diskusikan perawatan dan pengobatan dorong pertanyaan, ekspresi masalah.
2.2.3.4.2.   Berikan penjelasan/ alas an tes dan persiapanya.
2.2.3.4.3.   Kaji ulang program obat, kemungkinan efek samping.
2.2.3.4.4.   Anjurkan pasien untuk menghindari makanan/minuman tinggi lemak.
2.2.4.      Implementasi
2.2.4.1.       Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
                                                        Tujuan :
                                                        Klien melaporkan nyeri hilang/terkontrol.
2.2.4.1.1.   Mengobservasi dan catat lokasi nyeri.
2.2.4.1.2.   Mencatat respon terhadap obat, dan laporkan pada dokter bila nyeri hilang.
2.2.4.1.3.   Menganjurkan  tirah baring, berikan pasien melakukan posisi yang nyaman.
2.2.4.1.4.   Mengajarkan menggunakan teknik relaksasi.
2.2.4.1.5.   Menggunakan sprei halus/katun ; kompres dingin/lembab sesuai indikasi.
2.2.4.2.          Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah.
Tujuan :
                                                        Untuk mempertahankan keseimbangan cairan yang adekuat.
2.2.4.2.1.   Mempertahankan masukan dan haluaran akurat.
2.2.4.2.2.   Mengawasi tanda/ gejala peningkatan/ berlanjutnya mual/ muntah.
2.2.4.2.3.   Menghindarkan dari lingkungan yang berbau.
2.2.4.2.4.   Melakukan kebersihan oral dengan pencuci mulut.
2.2.4.2.5.   Berkolaborasi dalam pemberian obat antiemetik.

2.2.4.3.      Resiko tinggi perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual/muntah.
Tujuan :
Untuk melaporkan mual /muntah hilang.
2.2.4.3.1.      Memperkirakan/ hitungan pemasukan kalori.
2.2.4.3.2.      Menimbang sesuai indikasi.
2.2.4.3.3.      Mengkaji makanan kesukaan/ketidaksukaan pasien.
2.2.4.3.4.      Memberikan suasana menyenangkan pada saat makan, hilangkan rangsangan berbau.
2.2.4.3.5.      Manawarkan minuman seduhan saat makan, bila toleran.
2.2.4.3.6.    Berkolaborasi dalam pemberian diet dengan ahli gizi.
2.2.4.4.     Kurang pengetahuan tentang kondisi berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan :
Untuk merubah pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.
2.2.4.4.1.      Mengkaji ulang proses penyakit, diskusikan perawatan dan pengobatan dorong pertanyaan, ekspresi masalah.
2.2.4.4.2.      Memberikan penjelasan/ alasan tes dan persiapanya.
2.2.4.4.3.      Mengkaji ulang program obat, kemungkinan efek samping.
2.2.4.4.4.      Menganjurkan pasien untuk menghindari makanan/minuman tinggi lemak.
2.2.5.      Evaluasi.
            Evaluasi mengacu pada hasil yang diharapkan dari intervensi dan implementasi pada kasus di atas yaitu :
2.2.5.1.Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
·         Melaporkan nyeri/ terkontrol
2.2.5.2.      Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah.
·         Menunjukkan keseimbangn cairan adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler baik, secara individu mengeluarkan urine cukup, dan tak ada muntah.
2.2.5.3.      Resiko tinggi perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual/muntah.
·         Melaporkan mual/ muntah hilang.
·         Menunjukkan kemajuan mencapai berat badan atau mempertahankan berat badan individu yang tepat.
2.2.5.4.      Kurang pengetahuan tentang kondisi berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
·         Menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan, prognosis.
·         Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan.

2.2.6.      Dokumentasi Keperawatan
2.2.6.1.     Pengertian
             Dokumentasi keperawatan merupakan suatu catatan kegiatan dan pelayanan keperawatan yang dapat dipergunakan untuk mengungkapkan suatu fakta yang aktual dan dapat dipertanggung jawabkan (Doenges, 1999).
2.2.6.2.     Prinsip - prinsip Dokumentasi
Doenges (1999) mengungkapkan bahwa dalam membuat dokumentasi harus memperhatikan aspek-aspek keakuratan data, diringkas dan mudah dibaca.
Adapun prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam dokumentasi dapat dikelompokkan sebagai berikut :
§   Dokumen merupakan suatu bagian integral dalam pemberian asuhan keperawatan.
§   Praktek dokumentasi adalah konsisten.
§   Tersedianya format dalam praktek dokumentasi.
§   Dokumentasi hanya dibuat oleh orang yang melakukan tindakan atau mengobservasi langsung.
§   Dokumentasi harus dibuat sesegera mungkin.
§   Catatan harus ditulis secara kronologis.
§   Penulisan singkatan harus dilakukan secara umum dan seragam.
§   Masukkan tanggal, jam, tanda tangan dan inisial penulis.
§   Catatan harus akurat, benar, komplit, jelas, ringkas, dapat dibaca dan ditulis dengan tinta.
§   Dokumentasi adalah rahasia dan dapat dirahasiakan.
2.2.6.3.     Hal Pokok yang Perlu Diperhatikan dalam Keperawatan
2.2.6.3.1.        Dokumen harus dilakukan segera setelah pengkajian pertama dilakukan, demikian juga pada setiap langkah kegiatan keperawatan.
2.2.6.3.2.        Bila memungkinkan, catat setiap respon pasien/keluarganya tentang informasi/data yang penting tentang keadaannya.
2.2.6.3.3.        Pastikan kebenaran setiap data yang dicatat.
2.2.6.3.4.      Data pasien harus obyektif dan bukan merupakan penafsiran perawat, dalam hal ini saat merawat pasien mulai pengkajian sampai evaluasi
2.2.6.4.     Dokumentasi dengan baik apabila terjadi hal-hal sebagai berikut:
2.2.6.4.1.        Adanya perubahan kondisi atau munculnya masalah baru, respon pasien terhadap bimbingan perawat.
2.2.6.4.2.        Harus dihindari dokumentasi yang baku, sebab sifat individu adalah unik dan setiap pasien mempunyai masalah yang berbeda.
2.2.6.4.3.        Hindari penggunaan istilah penulisan yang tidak jelas dan setiap catatan yang dibuat, harus disepakati atas kebijaksanaan institusi setiap setempat.
2.2.6.4.4.        Data harus secara sah dengan menggunakan tinta dan jangan menggunakan pensil agar tidak mudah di hapus
2.2.6.4.5.        Tidak dibenarkan merubah dokumentasi untuk merubah atau menutupi kesalahan. Dan apabila terjadi salah tulis, coret dan diganti dengan yang benar kemudian ditandatangani.
2.2.6.4.6.        Untuk setiap kegiatan dokumentasi, cantumkan waktu, tanda tangan dan nama jelas penulis.
2.2.6.4.7.        Dokumentasi harus dibuat dengan tepat, jelas dan lengkap.

 
DAFTAR PUSTAKA
Barbara, C. Long. 1996. Ilmu penyakit dalam, EGC : Jakarta.
Carpenito, L.J. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan dan Dokumentasi Keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2. EGC : Jakarta.
Doengos, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian Pasien, ed. 3.  EGC : Jakarta.
Hadi, Sujono. 1995. Gastroenterologi, ed. 6. Alumni : Bandung.
Medical Record RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya 2009.
Masjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, ed. 3. FKUI : Jakarta.
Noer, Sjaifoellah H. M, dkk. 2003. Buku Ajaran Ilmu Penyakit Dalam, cetak keenam. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.

1 comment:

  1. Terimakasih untuk artikelnya, informasi yang bermanfaat.

    http://obattraditional.com/obat-tradisional-batu-empedu/

    ReplyDelete